APA HARAPAN 70% ORANG PAPUA PILIH PRABOWO DALAM PEMILU 2024?
JDRP2 |
"Suara Rakyat adalah suara Tuhan." Dalam pemilu kali ini sekitar 70% orang Papua telah memberikan hak suaranya kepada kandidat Prabowo - Gibran. Warga asli Papua yang telah memberikan suara kepada Prabowo ini tentu melalui pertimbangan yang amat mendalam. Mengapa? Karena rekam jejak Prabowo sewaktu masih aktif sebagai TNI, terlibat dalam banyak peristiwa berdarah, khususnya berbagai operasi militer yang paling brutal di Tanah Papua.
Masih dalam ingatan orang Papua bahwa Prabowo adalah tangannya berlumuran darah, khususnya korbannya banyak orang Papua yang tidak bersalah. Tetapi melalui Pemilu kali ini di tahun 2024 sekitar 70% orang Papua telah memilih Prabowo sebagai Presiden RI yang ke - 8.
Walaupun orang Papua masih trauma dengan kejahatan kemanusiaan masa lalu melalui Operasi Militer yang Prabowo dan kawan kawannya lakukan, tetapi orang Papua telah memilih Prabowo sebagai presiden untuk periode 2024 - 2029. Orang Papua dengan berat hati telah memberikan hak suara kepada Prabowo walaupun rekam jejak masa lalunya ada lapor merah.
Mengapa orang Papua berikan suara kepada Prabowo yang jelas jelas banyak membunuh orang Papua dalam operasi militer yang dipimpinnya? Di balik pemberian hak suara ini ada alasan. Ada orang Papua berpendapat bahwa "SURGA itu milik para mantan pendosa yang sudah bertobat". Artinya adanya anggapan bahwa Prabowo masa lalu berbeda dengan karakter Prabowo masa kini. Artinya kemungkinan Prabowo sudah bertobat. Adanya harapan bahwa Prabowo masa lalu berbeda dengan Prabowo hari ini. Sehingga hak suara orang Papua diberikan kepada Prabowo dalam pemilu kali ini.
Ada pula orang Papua berpendapat bahwa lebih baik mati dibunuh satu kali di bawah kepemimpinan Prabowo, dari pada orang Papua di bunuh secara terselubung melalui berbagai sandi operasi tertutup. Atas dasar itu, ada orang Papua memilih Prabowo sebagai presiden RI yang ke 8. Biar satu kali mati dibunuh dari pada hidup menderita dalam bingkai NKRI yang dibunuh secara perlahan lahan. Tetapi di balik pendapat ini sesungguhnya berharap bahwa orang Papua sepatutnya diperlakukan "layaknya sebagai manusia ciptaan Tuhan yang paling mulia" yang sama juga dengan manusia lain di planet bumi ini.
Ada pula orang Papua berpendapat bahwa Prabowo adalah orang yang berkarakter tulus, jujur, ikhlas dan negarawan. Sehingga adanya harapan bahwa Prabowo akan menyelesaikan status politik bangsa Papua dengan tulus, jujur, ikhlas dan negarawan.
Ada pula ajaran Tuhan Yesus yang mengatakan: mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia seperti dirimu sendiri, termasuk mengasihi musuh. Atas dasar itu, orang Papua berbaik hati dan berdamai dengan Prabowo yang pernah membantai banyak orang Papua dalam berbagai operasi yang dipimpinnya di Tanah Papua.
Terlepas dari pendapat yang berbeda di dalam nurani orang Papua, intinya adalah bahwa adanya keyakinan dan harapan bahwa bangsa Papua punya masa depan yang indah. Untuk mewujudkan masa depan yang indah itu, harus melalui keterlibatan berbagai pihak. Salah satunya adalah melalui pemimpin Indonesia yang memiliki jiwa ketulusan, kejujuran, keikhlasan, dan negarawan yang berani dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan berbagai masalah di Tanah Papua, khususnya Status Politik bangsa Papua.
Suara warga asli Papua adalah suara Tuhan. Warga asli Papua sekitar 70% telah memberikan hak suara kepada Prabowo. Suara yang diberikan oleh warga asli Papua kepada Prabowo bukan bermaksud supaya etnis Papua dimusnahkan, tetapi etnis Papua diselamatkan dari kepunahan. Juga bukan bermaksud supaya Sumber Daya Alam Papua dirampas dengan sewenang-wenang, tetapi hak hak dasar warga asli Papua dihargai dan itu dikelolah oleh orang Papua sendiri dalam suatu kemandirian sebagai suatu Negara bangsa Papua terlepas dari NKRI.
Di balik pemberian hak suara dari warga asli Papua kepada Prabowo itu berharap bahwa bangsa Papua juga punya hak yang sama untuk merdeka berdaulat. Maka itu, dengan terpilihnya Prabowo sebagai presiden RI, adanya harapan bahwa di bawah kepemimpinan Prabowo dengan jujur mengakui kesalahan masa lalu, dan dengan tulus menyelesaikan masalah Papua melalui pengakuan kemerdekaan bangsa Papua secara de jure atas kemerdekaan de facto pada 19 Oktober 1961 yang diumumkan secara resmi pada 1 Desember 1961.
Warga asli Papua memiliki jiwa pendamai, memiliki jiwa kasih, memiliki jiwa kejujuran (kepolosan atau ketulusan) sehingga 70% hak suara warga asli Papua telah diberikan dalam pemilu kali ini kepada Prabowo yang memiliki jiwa ketulusan, kejujuran, keikhlasan dan negarawan agar masalah status politik bangsa Papua dituntaskan dengan damai melalui JALUR PERUNDINGAN untuk menegakkan kemanusiaan dan keadilan tanpa melalui pertumpahan darah.
Orang Papua sudah 70% memilih PRABOWO. Orang Papua tidak memilih pun, Prabowo tetap terpilih. Tentu suara dari orang Papua tidak mempengaruhi suara dari luar Papua yang Prabowo dapat. Tetapi suara orang Papua juga paling menentukan dalam PEMILU kali ini walaupun suaranya sedikit karena orang Papua sudah menjadi minoritas di NKRI. Suara warga asli Papua adalah suara Tuhan.
Doa orang benar besar kuasanya sebagaimana tertulis dalam kitab Yakobus 5:16 "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya". Demikian pula doa orang Papua yang berada dalam penindasan itu menembus awan sampai pada tahta Tuhan. Suara 70% orang Papua yang diberikan kepada Prabowo itu atas dasar pergumulan panjang dalam melawan kelaliman di Negara Indonesia.
Sekitar 70% warga asli Papua telah memilih Prabowo itu bukan kebetulan, tetapi itu rencana Tuhan, agar Prabowo dapat menyelesaikan masalah Papua, jika presiden Jokowi dalam sisa waktu kepemimpinannya tidak mampu tuntaskan masalah Papua.
Presiden sebelumnya juga orang Papua selalu memberikan hak suara melalui pemilu pemilu sebelumnya, tetapi kebaikan hati orang Papua selalu dibalas dengan kejahatan. Lebih parah di bawah kepemimpinan presiden Jokowi. Hampir 95% suara orang Papua diberikan kepada presiden Jokowi selama dua periode ini dalam pemilu, tetapi kebijakan presiden Jokowi untuk menangani Papua, separah dengan era orde baru yang dipimpin presiden Soeharto. Presiden Jokowi berasal dari kalangan sipil, tetapi sama kejamnya dengan presiden Soeharto.
Kebijakan Jokowi yang men-depopulasi orang Papua salah satunya melalui pemekaran pemekaran Propinsi di Tanah Papua. Pemekaran pemekaran baru itu walaupun tidak memenuhi kriteria sesuai perundang-undangan di Indonesia, tetapi dipaksakan oleh elit Jakarta dengan alasan politik, invasi ekonomi dan keamanan. Selain itu, pembungkaman ruang demokrasi di Tanah Papua. Juga berbagai operasi tertutup dan terbuka untuk memusnahkan etnis Papua. Adapula pembiaran masyarakat pengungsi lokal selama bertahun tahun di hutan Ndugama dari tahun 2018, juga Intan Jaya, Banti di Timika, Maybrat di Sorong dan lain sebagainya.
Kami berharap Prabowo tidak membalas kebaikan hati orang Papua dengan kejahatan alias "air susu dibalas dengan air tuba", tetapi harapan orang Papua adalah "kebaikan dibalas dengan kebaikan", bukan sebaliknya. Karena melalui pemberian hak suara orang Papua sekitar 70% itu sudah membuktikan bahwa kejahatan masa lalu Prabowo terhadap orang Papua telah dibalas dengan kebaikan.
Bangsa Papua juga harap harap cemas karena Prabowo punya rekam jejak masa lalu yang buram. Untuk itu, saatnya bangsa Papua kuatkan HATI dan IMAN untuk hadapi Prabowo, jika tidak ada perubahan atas Papua sebelum pergantian presiden RI.
Sekitar 70% orang Papua memberikan suara kepada Prabowo bukan karena orang Papua kompromi dengan penjajahan, bukan juga melegalkan kejahatan atau kompromi dengan kejahatan yang pernah dibuat oleh Prabowo sewaktu aktif di TNI. Bukan juga karena Prabowo akan mampu menyelesaikan masalah Papua, tetapi orang Papua berikan suara berdasarkan pertimbangan hati nurani bahwa Tuhan punya cara sendiri untuk menyelesaikan masalah Papua.
Camkanlah bahwa bangsa Papua punya Tuhan yang dashyat. Satu satunya penentu kemerdekaan bangsa Papua berada di tangan Tuhan. Maka ada syarat yang harus dilengkapi oleh bangsa Papua yaitu BERTOBAT dari dosa (lahir baru di dalam Tuhan), BERDAMAI dengan siapapun sekalipun musuh, dan BERSATU di dalam rencana kehendak Tuhan, bukan bersatu di dalam rencana kehendak manusia yang penuh ambisi dan kepentingan sektoral.
Setiap masa ada pemimpin, setiap pemimpin ada masanya. Pemimpin yang lahir bukan sekedar lahir. Semuanya terjadi atas izin Tuhan. Soalnya apakah seorang pemimpin itu konsisten dengan sikap awal untuk sungguh sungguh melayani sesama untuk kemuliaan nama Tuhan??????????
Oleh: Selpius Bobii, Koordinator JDRP2 // Deiyai: Sabtu, 17 Februari 2024 //
Belum ada Komentar
Posting Komentar